Kukirim Bersama Hujan

Banyak cerita yang mestinya kau saksikan, ditengah deru debu kehidupan kita yang saling berlawanan. semangatmu yang masih tersisa terus menyala dalam gelap, memanduku dalam lika liku perjalananku yang berliku. Ketika jam pasir mimpi kita berbalik, menyerahkan kembali apa yang pernah dirampasnya dari waktu-waktu bisu kita, kerinduan itu menyerbu masuk. Baik hujan yang selalu kau tunggu, angin yang terus kau sapa, ataupun dandelion dan ilalang yang kau suka, aku merindukan masa lalu kita. Masa yang tak bisa kutinggalkan, tak dapat dilupa, tak mungkin kuabaikan. Karena kau yang tak kutemukan dalam terang maupun gelap, hari ini hingga hari esok, kau hidup didalamnya...

Masih ingatkah dengan janjimu, mimpimu?
Dunia yang hendak kita ciptakan, dengan kekuatan kita, dengan semangat yang orang lain tak punya. Aku masih belum lupa, takkan pernah bisa lupa. Bukankah kau yang mengajariku menciptakan mimpi, mimpi yang besar, yang mampu membuatku bertahan meskipun kau tak ada. Hilang...

Kini aku sudah semakin dekat dengan mimpi itu, dengan masa depan yang kau dan aku ciptakan sejak awal. Tapi waktu yang kembali bergulir, memutar lagi apa yang sempat terhenti, tak pernah mengembalikanmu. Kau bilang ingin melihat dunia yang lebih baik, dengan mataku. Tapi aku tak tahu dunia seperti apa yang kau pinta pada Tuhan. Kau bilang ingin terus merasa bahagia, melalui hidupku. Tapi aku tak tahu bahagia seperti apa yang selalu kau kenang. Aku tak tahu apapun, karena kau tak lagi menjadi jalan lapang. Kini kau telah menjelma alang-alang, yang hanya bergoyang karena angin yang kau sayang, karena angin yang telah merampasmu dari gambaran masa depanku... karena angin, karena angin... kau hilang...

Lalu sekarang aku harus bagaimana?
Menyerah sekarang tak bisa, aku tak rela...
Maju pun akan sia-sia, karena aku tak tahu kelajutan mimpi yang hendak kita bangun. Kau yang tahu. Meski begitu, kau tak pernah mengirimkan pesan seperti janjimu, tergenang lewat hujan...

Apakah kau melihatku?
Mendengarku?
Aku ingin sekali mengutukmu karena telah lancang membiarkanku berjuang sendirian. Karena aku percaya dirimu, karena aku percaya kau akan kembali setelah waktu memutar lagi. Meski kehilangan jati diri, aku masih percaya pada pesanmu...

Kuatkan aku, seperti dahulu. Katakan apa saja karena suaramu sumber kekuatan itu. Aku tak perlu yang lain, karena kau lah awal dan akhir untuk mimpi ini. Bantu aku mengakhirinya, bantu aku menyelesaikannya, agar aku bisa merelakanmu hilang, menjelma ilalang, dan tergenang...
Pada akhirnya yang kurindukan dari masa lalu adalah senyummu...

Komentar

Postingan Populer