Waktu dan Gumpalan Awan



Jejak-jejak langkah tak lagi dapat didengar
Menghilang tanpa tuntunan, mungkin menyerah
Mimpi-mimpi itu menjelma awan
Rasanya tidak nyata lagi, tak dapat dijangkau, tak bisa diraih

Gemeretak waktu yang menenggelamkan
Disana, ada rapuh yang tak terobati
Hilang merayap dalam desah putus asa
Disana, ada lemah yang tak ingin mati
Terkubur dalam teguh yang hampir binasa

Jalan itu tak lagi dapat dikenali
Begitu asing untuk ditapaki
Lalu kelebat ragu mulai merambat
Menggerogoti angan-angan yang dulu begitu hebat



Hati ini tak cukup tegar untuk berjuang
Mengerling pada lubang-lubang, menolak terjengkal
Lorong itu kini semakin panjang
Namun tak pernah ada kepastian, karena tak seorang pun tahu

Mari kita menangis
Untuk kealpaan akan sebuah harapan
Sekarang jalan terang itu terlindung awan
Mari kita menangis
Untuk kesalahpahaman pada balon pikiran tak bertangkai
Tersadar bahwa sejak semula pijakan itu tak pernah ada
Terlalu lama lalai pada sekelebat langit tanpa atmosfer

Aku tidak mendendam bila harus tertipu lebih dalam
Karena dengan letupan ide dan pikiran sendiri tak lagi paham
Timbul tenggelam dalam pertanyaan tanpa jawaban
Dan terhenti di secarik kertas buram

Keadaan ini seperti tak ada akhir, tak berkesudahan
Berharap kembali lagi saja ke masa lalu
Agar bisa memintal kenangan yang berserakan
Karena saat ini aku hanya bisa mengukur waktu, sambil menunggu

Jauh disana ada masa depan
Penuh kerisauan, ketakjelasan
Mimpi-mimpi itu masih menjadi gumpalan awan
Dan yang terurai hanyalah rasa takut kehilangan

Komentar

Postingan Populer