DariKu UntukMu

Kutulis surat ini karena aku tak memiliki kemampuan mengakuinya meskipun hanya sepotong kata dari bait-bait perasaanku langsung padamu, aku tak mampu atau tak memiliki kepercayaan diri untuk mengaku entah aku tak tahu.

Sering sekali aku memikirkanmu dalam diam, fantasiku akan dirimu tak dapat kuredam. Perasaan yang kupunyai akan dirimu meletup-letup dalam dada. Aku bukanlah orang yang mudah jatuh cinta, namun saat aku jatuh cinta, maka aku akan benar-benar tak menduga rasanya bisa begitu menyiksa.

Kupanggili namamu dalam hati, apakah kau dapat menangkap perasaanku yang teramat meggebu-gebu ini. Aku takut seandainya kuturuti kata hati untuk jujur saja padamu, dalam sekejap kau dapat menghilang dari hadapanku dan mungkin saja nantinya aku tak dapat lagi membayangkanmu meskipun dalam khayalan terdiam dalam pikiranku.

Seandainya bisa sebentar saja kutepiskan ego yang menjulang tinggi ini, dan meneriakkan namamu walau hanya pada angin yang berkelebat dikejauhan. Ingin sekali kulepaskan kutukan yang terus mengunci mulut hingga bisu.

Selalu tak pernah bisa mengenyahkan bayanganmu dalam diriku. Setiap kali berdekatan denganmu aku hanya bisa diam dan termangu. Berharap kau akan segera menyadari perasaanku pun tanpa kuungkapkan dengan gamblang.

Erat wujudmu terlukis dalam ingatku, hanya saja bibir ini kelu untuk tersenyum kala letupan panas cintaku padamu mengguncang otakku. Gelombang pengharapan yang selalu kutiupkan disetiap hembusan nafas pun semakin tak terasa. Apa yang harus kulakukan agar meski hanya goresan wajahmu tak hilang dariku. Aku bukanlah pecinta sejati. Aku tak mengerti bagaimana memperlakukanmu sehingga kau akan cepat mengerti perasaanku. Yang kupunya hanyalah rasa canggung, takut dan gelisah setiap kali berdekatan denganmu. Yang kumiliki adalah cinta pertama yang membakar hatiku setiap kali membayangkan wajahmu dalam tidur panjangku.

Seringkali segala taya menghinggapiku ketika aku hanya berdua dengan keheningan memujamu. Banyak kata yang tak dapat kucuatkan kepermukaan bibirku. Berharap mendapat jawaban atas eksistensi cinta ini, meskipun tak semuanya akan terjawab tapi aku harap kau akan berfikiran sama denganmu.

Hatiku ngilu menanggung sendiri segala perasaan rindu padamu yang meraung pilu. Wahai cinta, kata-kata yang kau ucapkan tak pernah kudengarkan dengan utuh. Karena perasan-perasaan yang menggelayuti relung hati ini sepertinya tak sanggup berlama-lama menanggung rindu yang tak teredam.

Berlalulah hari-hari, terbawa angin menuju puncak bianglala. Bersama imajinasi yang kubangun sebelum terlelap tidur menyonsong kedamaian sementara dalam hati. Tapi kau tetap saja selalu ada dalam diam...

Komentar

Postingan Populer